Satu Sore di Lhokseumawe

The story teller

Lhokseumawe – Indonesia, 10 Agustus 2015 [03:06pm]

Seperti yang dikisahkannya pada saya…

Hidupnya tidak jauh dari periuk, sumur dan sepetak warung. Saat muda dulu, sekali-kali ia menghias mata dengan celak hitam tapi itu saat suaminya belum purna. Lama-lama sekali, ia membeli sarung baru di pasar Minggu kota Lhokseukon dan dikenakannya saat hari raya tiba. Walau tinggal tak jauh, saat muda dulu tempat ini urung dikunjunginya. “Tak pantas” katanya.

Anaknya dua, satu wanita ikut suaminya hijrah ke Pidie sejak tahun 2002 dan satunya lagi pria yang terhanyut dalam romansa maskulinitas Aceh di akhir 90an. Saat konflik usai, alih-alih pulang, ia memilih merantau ke Balikpapan. Satu salam saat Lebaran tahun 2005 menjadi perjumpaan terakhir si Mamak dan Buyungnya. Continue reading

This day, I feel I lose all of them – a family

A woman of around twenty years old wearing a black dress and shabby flowerish chitenje is in the consultation room. A baby is sleeping on her lap. She hands me a small orange book with a torn cover.

Unlike in Indonesia, here in Malawi, patients keep their own medical records – a little book we call “health passport.” The soiled dull papers show that it was long time ago since her last visit to our health centre.

She has been suffering from fever and abdominal pain for two days already and decided to come to our health centre. But there is something else that catches my attention – printed on the front page of her health passport, there is an inscribed red oval shape with two horizontal lines.

She is HIV positive… Continue reading

Thyolo dari Pinggir Jalan

Distrik Thyolo nama kota kecil di selatan Malawi ini, tempat kantor kami berpusat. Kota kecil di dataran tinggi dengan kebun teh tertua di Afrika. Ya Teh, tanaman hijau yang menjadi salah satu alasan Kerajaan Inggris menjadikan Negeri Nyassa ini sebagai daerah kolonisasinya.

Kehidupan disini amatlah sederhana, sepeda menjadi alat transportasi utama. Baik pribadi maupun bycyle taxi. Satu yang menarik perhatian saya adalah tidak adanya papan reklame yang umum saya dapati di kota-kota lainnya. Membuat tiap reklame yang terpasang di toko-toko kecil keperluan masyarakat menjadi adalah seni yang dilukis oleh tangan-tangan terampil.

….

Mungkin waktu berhenti di distrik ini, tapi tak mengapa. saya senang terjebak di dalamnya… 🙂

A Journey to Thekerani.

A typical Monday for me begins with a 4WD ride over unpaved roads from the small town of Thyolo heading to Thekerani village where I spend most days of every week working.

 Nowadays, it has been very cold already. Last May, the rainy season has ended and the thick fog marked the beginning of winter.

Similar to many Asians, Africa in my imagination is barren, dry land, scorching hot weather, and packed with wild animals. It never crossed my mind that winter exists here. There is no snow but temperatures can drop to 6 degree celcius!. It is cold enough to make my tropical blood shiver. I am not prepared. Continue reading

Hari ini teman-teman dari grup #duaranselwannabe berkumpul untuk pertama kalinya!

Dan selalu ada yang istimewa dari pertemuan pertama. tidak sabar rasanya menanti cerita apa yang bakal tertuang dari riuhnya suara-suara yang akhirnya melebur nyata, bukan hanya kata demi kata yang berbaris rapi di chat grup bbm.

Berharap bisa ikut menikmati malam bersama mereka disana, tapi mungkin untuk saat ini. biarlah salam hangat tersampaikan, melalui canggihnya teknologi. Hingga nanti kerinduan maya terhapus oleh perjumpaan nyata.

Selamat bertemu dan berbagi mimpi teman-teman #duaranselwannabe

ps: fotonya kabur harap dimaklumi, yang memotret baru pertama kali memegang kamera.

Saat pagi dimulai dengan dentuman lonceng gereja dan kesendirian senyap ditelan riuhnya pasar. Kabut tebal dan dinginnya udara senantiasa menghias seperti tidak pernah bosan menyingkirkan sinar mentari pagi…

Selamat datang Juni, bulannya para penikmat sepi.