Doro Refugee Camp, 5 August 2013 [07:12am]
Tangisnya membuncah, lebih lengking dibandingkan riuh pengeras suara di depan sana. Kakinya digelung lumpur, tubuh telanjangnya pun basah akibat air yang tumpah. Mati-matian dia membawa air dalam jerigen yang beratnya mungkin lebih berat dari berat badannya sebelum akhirnya dia lelah, terjatuh dalam kubangan dan air yang dibawanya tumpah membasahi tanah yang sudah basah. Kini dia harus mengulanginya lagi, mengantri, memompa air kemudian membawanya pulang ke rumah yang hanya Tuhan yang tahu seberapa jauhnya. Mungkin dia akan gagal sekali lagi, dua kali lagi atau berkali-kali lagi.
Dan saya berada disana, bergeming memandangnya dari salah satu sisi. Tidak, saya sama sekali tidak berfikir untuk membantunya, dia harus berusaha sendiri karena hanya dengan begitu dia dapat belajar bertahan dan hidup.
Pemandangan ini bukan kali pertama saya temui, negeri ini secadas kisah-kisah yang hidup di dalamnya. Apabila kau berkata hidup adalah sebuah perjuangan, negeri ini dapat memberikanmu kesahihan. Tanah besar ini bukan tempat bagi orang-orang kecil yang lemah, air tak mengalir dengan mudah kawan! Kau harus mempunyai tenaga dan upaya untuk merengkuhnya.
Maka jangan salahkan saya apabila kadang saya berfikir, mungkin Tuhan tidaklah seadil yang saya kira… Continue reading
You must be logged in to post a comment.