And When The Words Dance!

I’m writing a passion. A flame and dust such inexplicable, I want you the get lost in a labyrinth of phrases, vanish before the page ends.I want you to stop before the dot, exhaling your excitement between the commas.

You are my apostrophe without a word. 

Let them write a tale about us, you will be the greatest epoch and I am mere a shadow, a simple phrase in the majestic of your story.

@justHityou

Kepada Rumi, Saya Patah Hati

Konya – Turkey, 28 Desember 2014 [07:40am]

 Hujan rintik-rintik menyisakan embun di kacamata saya.

Jujur saja saya paling tidak suka saat tak mampu melihat dengan sempurna. Kacamata yang berembun membuat saya pincang, buram jalan dan manusia melebur layaknya santan putih yang dituang di semangkok bubur ketan hitam. Insting pun seketika menjadi pelakon utama yang menuntun saya berjalan. Samar-samar saya melihat rupa menara hijau tinggi di seberang jalan, satu-satunya warna cerah yang mencuat di balik berundak-undak awan di atas kota Konya.

Subuh tadi seorang karib mengirimi saya sebuah surel panjang berisi refleksi dirinya setahun terakhir. Natal yang baru saja berlalu menjadi kuil untuknya berkontemplasi tentang hidup, kepercayaan, mati dan cinta. Sayang 2014 bukanlah tahun terbaiknya, karib saya ini baru saja ditinggal pergi kekasihnya. Bukan dia saja yang patah hati, saya pun dibuatnya ikut patah hati. Bagi saya keduanya adalah pasangan sempurna, layaknya lonceng kecil dan leher domba. Dalam perbedaan mereka saling melengkapi, bahkan ketika saling membenci mereka berjanji untuk tetap saling mencintai.

Surelnya adalah ungkapan patah hati, tulisannya mengingatkan saya pada hari dimana mereka berpisah dan percakapan lintas benua kami yang berlangsung hingga dini hari kebanyakan berisi hening dan seguk tangisnya di seberang sana.

The wound is the place where light enters you

Ia mengutip sajak favorit kami, disela-sela baris surelnya. Continue reading

Karachi – Pakistan, December 6th 2014 [11:04am]

“Tuhan senang menyimpan orang-orang baik untuk dipertemukan dengan orang-orang baik lainnya”  Sepertinya itu berlaku bagimu dra!

Mungkin kamu sempat bertanya-tanya, apakah takdir manusia layaknya gulungan benang merah di baju-baju gadis Tionghoa? Kusut bergelung, saling memilin tak tentu arah, Semakin kepinggir semakit sulit untuk diretas.

Orang bijak berkata bahwa hidup, mati dan jodoh ada di tangan Tuhan. Saya sempat bertanya-tanya, selebar apakah tangan Tuhan hingga orang baik sepertimu sungguh sulit bertemu jodoh? Saya membuat sebuah perkalian probabilitas bahwa mungkin kamu dan sang jodoh berada di titik polar yang berlawanan, sehingga bagi takdir kalian untuk bersinggungan memerlukan lompatan mekanik maha dashyat. Tapi kali ini saya salah, kamu pun sepertinya salah. Setengah hatimu tak pernah jauh, bukan begitu?

Continue reading

Bukankah kita mencintai kemungkinan? Membiarkannya mekar di tiap-tiap kesempatan? Mencintai masa sekarang, tapi juga menyimpan rindu kepada masa lalu dan berharap penuh pada masa depan.

Terkadang rasa suka kita kepada rasa melebihi rasa suka kita kepada realita. Terkadang kita senang menebak kemungkinan, memikirkan tiap peluang baik yang dapat ditemui di tiap sudut persinggungan dan melapangkan perasaan untuk diisi dengan mimpi-mimpi indah yang jauh dari jangkauan.

Dan terkadang lupa ada harga yang harus dibayar untuk tiap hal yang manusia pikirkan ataupun rasakan; Waktu.

Dan waktu memiliki satuan tertentu, yang sayangnya tak dapat diisi kembali  penuh….