Diambang Kata Penentu



London – Inggris Raya, 11 Januari 2016 [11:52am]

Sebagai pekerja kemanusiaan membuat keputusan yang cermat dan tepat adalah hal penting yang terkadang menjadi pembatas antara hidup dan mati seseorang, keamanan tim ataupun keberhasilan sebuah program. Keputusan seperti ini terkadang harus saya ambil setiap hari tatkala ditugaskan di lapangan. Sebagai kordinator medis, saya pun dituntut untuk dapat melihat sebuah masalah dalam diorama yang lebih besar, dan mengambil keputusan yang tetap mengutamakan kepentingan dan hajat hidup pasien dan orang-orang yang kami tangani dan menyeimbangkannya dengan keamanan tim dan konteks lokal.

Sekarang, bayangkan kalau kamu adalah salah satu pekerja lapangan MSF yang harus berhadapan dengan situasi sulit di tengah krisis kemanusiaan. Seberapa cermat kamu dalam mengambil keputusan?

Mari bermain sebuah permainan, tempatkan diri kalian sebagai pekerja kemanusiaan MSF dalam game ini dan mari belajar tentang peliknya sebuah keputusan.

***

If a tiny fragment of ARVs could work simultaneously to fight the giant pandemic of HIV. Then you wonder why all nations on this giant blue planet couldn’t do the same with the tiny Ebola virus?

my though and love to my dearest colleagues at the frontline, fighting the war against ebola and world’s ignorance!

A Journey to Thekerani.

A typical Monday for me begins with a 4WD ride over unpaved roads from the small town of Thyolo heading to Thekerani village where I spend most days of every week working.

 Nowadays, it has been very cold already. Last May, the rainy season has ended and the thick fog marked the beginning of winter.

Similar to many Asians, Africa in my imagination is barren, dry land, scorching hot weather, and packed with wild animals. It never crossed my mind that winter exists here. There is no snow but temperatures can drop to 6 degree celcius!. It is cold enough to make my tropical blood shiver. I am not prepared. Continue reading

Saat pagi dimulai dengan dentuman lonceng gereja dan kesendirian senyap ditelan riuhnya pasar. Kabut tebal dan dinginnya udara senantiasa menghias seperti tidak pernah bosan menyingkirkan sinar mentari pagi…

Selamat datang Juni, bulannya para penikmat sepi.

Luka and what Lies Inbetween

When death smiles at us, all we can do is smile back…

***

Saya sedang berada di Blue Elephant, salah satu bar favorit kami di kota Blantyre, alunan reggae berbalut potongan daging panggang serta kuchi-kuchi bir khas Malawi cukup membuat hangat suasana malam itu. Bulan ini Juni teman, puncak musim dingin telah datang memeluk malam serta keragaman di dalamnya. Saya tidak pernah suka musim dingin, mungkin karena dalam darah saya kental mengalir hangatnya matahari khatulistiwa, tanah yang senantiasa saya sebut rumah.

Kemudian kami mendapat sebuah pesan singkat, “Goliath has passed away”. Singkat. sesingkat isinya. Salah seorang kolega kembali kepangkuan-Nya malam itu.  Continue reading