Aljabar menjabarkan kepastian, seperti sahihnya satu ditambah satu adalah dua dan sahihnya deret fibonacci yang tak akan pernah menemui bilangan terakhirnya.

Aljabar berbanding terbalik dengan hati manusia yang kadarnya akan selalu berbeda tergantung siapa dan apa pembandingnya. Kita senantiasa meragu akan rumusan perasaan, salah satunya saat merumuskan pasangan yang tepat.

Tapi seorang karib saya pernah berkata, bahwa hati manusia tak ubahnya sebuah rumusan aljabar yang memiliki nilai pasti.

“Dia yang tepat adalah dia yang menjadi tempat kamu bisa menjadi kamu yang sebenarnya dan menerima kamu apa adanya…”

Dan mungkin sekarang satu-satunya yang saya butuhkan adalah; berhitung…

Sebuah nukilan dari janin buku yang tengah saya tulis. jangan tanya saya kapan rampungnya, mungkin besok atau mungkin lusa atau mungkin sedikit lebih lama…

Seandainya saja rasa senang dan bahagia bekerja layaknya virus paling mematikan di dunia. Saya berkenan terjangkiti dan tak segan menularkan.

Karena rasanya tak ada yang lebih membahagiakan dibanding membahagiakan orang lain.

Me; Who physically exhausted but psychologically delight.

Seringkali saya memaku erat-erat harapan di dalam benak saya. Walaupun saya sendiri mahfum bahwa layaknya dua sisi mata uang, senantiasa ada kesempatan serta kekecewaan yang saling bersisian bersamanya.

Sebutlah saya seorang pemimpi tapi saya percaya bahwa untuk semua harapan dan cita yang tertuang di dalam doa, diluar sana akan selalu ada manusia lain yang setia mengamini. Dan untuk semua doa serta cinta yang terucap di dalam diam, percayalah Tuhan Maha Mendengar…

What I think after a pray tonight…

Saya pernah jatuh cinta, kepada sepasang bola mata hitam dan rambutnya yang kelam serta pada sebaris senyum hangat di wajahnya yang menenangkan. di sudut matanya saya menyimpan rindu, saat dia memanggil nama saya ataupun tiap kali jari-jemari kami bertaut membelenggu, saat dia menyapa melalui barisan aksara ataupun saat kami bertukar sapa melalui suara.

Saya pernah jatuh cinta, saya senantiasa jatuh cinta…

Je pense à mettre ce journal inédit sur ​​mon prochain livre