Aljabar menjabarkan kepastian, seperti sahihnya satu ditambah satu adalah dua dan sahihnya deret fibonacci yang tak akan pernah menemui bilangan terakhirnya.
Aljabar berbanding terbalik dengan hati manusia yang kadarnya akan selalu berbeda tergantung siapa dan apa pembandingnya. Kita senantiasa meragu akan rumusan perasaan, salah satunya saat merumuskan pasangan yang tepat.
Tapi seorang karib saya pernah berkata, bahwa hati manusia tak ubahnya sebuah rumusan aljabar yang memiliki nilai pasti.
“Dia yang tepat adalah dia yang menjadi tempat kamu bisa menjadi kamu yang sebenarnya dan menerima kamu apa adanya…”
Dan mungkin sekarang satu-satunya yang saya butuhkan adalah; berhitung…
Sebuah nukilan dari janin buku yang tengah saya tulis. jangan tanya saya kapan rampungnya, mungkin besok atau mungkin lusa atau mungkin sedikit lebih lama…