Megahnya Merah Jambu

Sudah lama saya tidak merasakan sejuk mesin pendingin di dalam pusat perbelanjaan. Seperti umumnya warga asia lainnya, saya terbiasa untuk menikmati kehangatan bangunan kaku bernama Mall dan berbulan-bulan tidak berkunjung ke Mall membentuk semacam kerinduan. Beruntunglah Nairobi memiliki banyak pilihan mall yang bisa dikunjungi.

Saya menemukan oase!

Pernah suatu hari saya berkunjung ke Sarit Centre sebuah mall yang terletak di timur Nairobi, niatnya untuk makan siang sekaligus menonton premiere Captain America. Sambil menanti waktu pemutaran film, saya memilih untuk berjalan-jalan di sepanjang lorong mall yang dipenuhi dengan poster-poster serta leafet iklan, beberapa saat kemudian ekor mata saya menangkap sebuah foto danau yang indah terpampang di salah satu sudut. Bukannya gambaran danau biru yang tenang, tapi sebuah danau berwarna merah jambu, akibat tertutup oleh ribuan burung flamingo. Lake Naivasha saya membaca namanya. Seketika saya tahu, kemana tujuan saya berikutnya!

Malamnya saya menghubungi supir kami dan menanyakan tentang Lake Naivasha. Beruntung rupanya Lake Naivasa bisa ditempuh dalam satu hari. Maka saat itu saya dan tiga orang kolega dari South Sudan dan Belgia memutuskan untuk mengunjungi Lake Naivasha keesokan harinya…

Pagi belum terang saat kami meninggalkan Nairobi ke arah barat sekitar 100 km, menyisir Great River Valley yang pagi itu masih dialiri kabut tebal, udara dingin pegunungan terasa menusuk. Saya cuma bisa menggosok-gosokkan tangan mencoba menciptakan hangat yang tak pernah bisa bertahan lama, berharap pemanas mobil tua buatan jepang tahun 80an ini berfungsi.

Kami melewati kota kecil penghasil bunga, pagi belum dimulai disana. Tapi tampak gembala-gembala telah membawa domba-domba mereka ke savana yang hijau. Para penduduk juga tampak telah memenuhi gereja pagi itu, berharap berkah Tuhan diturunkan pada mereka yang memulai hari lebih awal. Tidak butuh lama bagi kami untuk melintasi kota kecil itu menuju danau air tawar terbesar kedua di Kenya.

I feel butterfly in my stomach, exciting!

Memasuki wilayah taman nasional Naivasha, kehidupan serentak berubah. Tampak jerapah di kejauhan serta gerombolan antelop yang serentak menoleh saat mobil kami berpapasan dengan mereka. Kami pun harus sempat berhenti dan menunggu seekor buffalo yang tengah bermalas-malasan di tengah jalan berlalu pergi.

Disana, manusia adalah tamu dan merekalah penguasanya…

Beberapa saat kemudian, sayup-sayup saya mendengar sahutan burung yang semakin lama semakin jelas. Hingga akhirnya, mata saya di puaskan oleh pemandangan terindah yang pernah saya lihat…

Ribuan burung flamingo di atas permukaan air danau, membentuk kolase merah jambu tak berbatas!

Sungguh megahnya pemandangan itu, hingga saya hanya bisa berdiri dan terpukau selama beberapa menit. Menakjubkan!

Lake Naivasha merupakan habitat bagi ribuan burung cantik ini, karena sifat alkali dari air danau memungkinkan bagi alga merah untuk tumbuh disana. Alga yang menjadi kegemaran burung flamingo, sekaligus penyebab warna indah bulu-bulu mereka…

Di kejauhan tampak gerombolan grater flamingo, jenis flamingo terbesar. Sayang  ukuran danau yang sangat luas tidak memungkinkan saya untuk mendekat kesana. Tapi rupanya kami lagi beruntung, nelayan danau sedang berbaik hati dan mengizinkan kami ikut di perahunya untuk berkeliling ke setiap sudut-sudut danau yang tak dapat kami jangkau.

Kesempatan ini tidak kami sia-siakan, hanya dalam beberapa menit kami telah berada di tengah Lake Naivasha. Diatas langit tampak gerombolan burung flamingo terbang rendah. Kami bagaikan inti atom yang dikelilingi neutron cantik berwarna merah jambu.

Tidak berapa lama, nelayan tiba-tiba menghentikan laju kapal, kami tidak dapat mendekat. Ada apa gerangan? Saya masih bertanya-tanya saat di hadapan kami satu persatu bayangan hitam muncul dari ke permukaan air. KUDA NIL!

Rupanya bukan hanya burung flamingo, kuda nil juga merupakan penghuni danau ini. Jumlahnya sangat banyak, saking banyaknya kami harus berhenti berkali-kali berusaha menghindari mereka.

Kuda Nil dan burung flamingo, kontemplasi Beauty and The Beast

Saya berharap suatu hari nanti akan kembali mengunjungi danau itu, memanjakan tiap sel-sel retina dan mencipta kenangan baru. Untuk kemudian dibagi lagi…

….

setidaknya bagi saya kini, merah jambu bukan lagi dominasi warna hati… :”)

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s