[Arborek] Beberapa Meter Di Bawah Dermaga Keajaiban Bermula!

To me the sea is a continual miracle; The fishes that swim–the rocks–the motion of the waves–the ships, with men in them, What stranger miracles are there?” – Walt Whitman

Arborek Island, 19 December 2012 [08:32am]

Tepat pukul delapan, kapal kami berlabuh meninggalkan dermaga pulau Mansuar. Laut pagi itu tenang tanpa gelombang, kapal kami bergerak tanpa goncangan yang berarti. Nahkoda menembak arah barat, mengarahkan kapal kami menuju sebuah pulau di tengah perairan Raja Ampat, Arborek namanya.

Memandang Arborek dari kejauhan memori saya tiba-tiba memutar sebuah kilasan gambar yang tanpa sengaja saya temukan di sebuah situs traveling luar negeri. Sebuah pulau kecil yang mengapung di tengah lautan berwarna biru toska, dengan lengkung pelangi membusur dari ujung satu ke ujung lainnya. Sebuah kalimat tertulis di bawahnya: “Arborek, the island of fairy.” Saat itu saya hanya dapat mengagumi tanpa sadar bahwa pulau itu terletak disini, di tanah air saya sendiri.

Pemerintah kabupaten Raja Ampat menjadikan Arborek sebagai kampung wisata. Bukan tanpa alasan mereka memilih pulau kecil berpasir putih halus dan hijau oleh rimbunnya pohon kelapa ini sebagai salah satu andalan pariwisata. Karena Arborek dengan mudah dapat memikat siapa saja, bukan hanya karena keindahan panoramanya tapi juga dengan kesederhanaan serta keramahan penduduknya.

Di Arborek masyarakat hidup bergantung pada alam. Mereka sadar akan karunia Tuhan yang menghampar di lautannya yang luas. Mudah untuk mengenali suatu daerah kaya akan ikan, cobalah mengajukan sebuah pertanyaan sederhana pada wanitanya. “Apakah mereka memancing terlebih dahulu sebelum memasak nasi ataukah memasak nasi kemudian pergi memancing?”

Di Arborek, jawabannya hampir seragam, mereka akan menanak nasi dan meninggalkannya untuk pergi memancing, ikan yang melimpah tak membuat mereka meluangkan waktu yang lama untuk mengisi periuk dan pembakaran dengan lauk segar. Bahkan tak jarang, mereka pulang saat nasi pun belum matang di perapian.

Saya memandang pulau yang semakin lama semakin tampak membesar, perahu kami sebentar lagi akan merapat di dermaga pulau Arborek.

Disini perahu akan menurunkan dua orang rekan kami yang akan menjelajah  daratan Arborek saat saya dan yang lainnya akan menenggelamkan diri ke alam bawah laut Raja Ampat. Beberapa menit saya menunggu kapal kami bergerak lagi ke titik penyelaman tapi kapal tetap bergeming di atas perairan biru yang tenang.

“Kapan kita berangkat?” saya bertanya pada Ken, dive master lokal yang bertindak sebagai pemandu kami.

“Berangkat kemana? Kita sudah tiba, lokasi penyelaman pertama kita di dermaga Arborek” dia berkata sembari mulai mempersiapkan semua perlengkapan selamnya.

Saya memicingkan mata dan mengerutkan kening, masih berusaha menerima fakta bahwa penyelaman pertama saya di surga bawah laut dunia akan di mulai dari sebuah dermaga. Terdengar sangat anti klimaks!

Tapi sesingkat satu helaan nafas, saya dapat menyingkirkan rasa kecewa dan berusaha bersyukur dan menebak-nebak apa yang akan disajikan alam di bawah sana. Sembari memasang semua perlengkapan selam, saya memandang lautan luas di hadapan saya, warna biru toska perairan dangkal dengan cepat beralih ke biru gelap. Dengan jarak yang sangat dekat, pantai indah seketika berubah menjadi lautan yang dalam. Pulau ini layaknya mengambang!

Saya bergegas memasang regulator di mulut, menghirup oksigen dan nitrogen pertama saya pagi itu, mengisi ruang paru dengan sensasi dingin dan kering yang khas. Rekan penyelaman saya Indra memberi kode dan kami pun memasuki air dengan cepat…

Manusia sungguh mudah dibuat terkesima dengan hal-hal diluar logika berpikirnya. Hal serumit bagaimana semesta tercipta atau sesederhana mengapa kehidupan di dasar laut bisa begitu berwarna, akan senantiasa menggelitik rasa penasarannya. Demikian pula saya.

Saya takjub dengan pemandangan di hadapan saya, terkesima oleh biru laut yang menenggelamkan semua suara dan keramaian hening para ikan yang hilir mudik. Begitu dekat, begitu acuh, seakan kami manusia adalah rekan mereka, mahluk beringsang penghuni lautan yang tak perlu ditakuti.

Saya berenang berdampingan dengan Indra. Mengayuhkan kaki katak saya pelan-pelan, semakin dalam ke birunya laut. Saya memandang depth meter yang menunjukkan angka 18, kami menyelam jauh ke bawah mendekati dasar lautan. Terhipnotis oleh huru hara hening di sekeliling kami.

Sesaat kemudian saya dan Indra berhenti saat guide kami memberi kode dan meminta kami memandang ke sebuah titik fokus yang sama. Di hadapan kami menjulang sebuah terumbu karang raksasa, berdiri tegak dari dasar berpasir hingga hampir menggapai permukaan air. Begitu besar hingga rombongan kami tampak melayang bertingkat-tingkat di sampingnya!

Karang lembut yang serupa kipas layaknya menari di hamparannya, tersapu arus yang membuainya ke kiri dan ke kanan. Terumbu karang raksasa itu pun begitu berwarna, ada semacam selaput kasat mata yang menyelubunginya, yang kadang berkelip saat sinar matahari atau kilatan kamera menyapu permukaannya. Saya memicingkan mata, mendekat perlahan untuk melihat lebih jelas. Sesaat kemudian, saya di buat terpana!

Selaput itu adalah mahluk hidup! Lebih tepatnya selaput itu adalah jutaan ikan transparan berukuran mikro yang berenang di sekeliling karang. Begitu transparan hingga saya dapat melihat dengan jelas, menembus permukaan tubuh mereka. Ikan yang berenang dalam formasi, menjauh saat kami dekati dan kembali lagi beberapa saat kemudian. Menakjubkan!

Kekaguman saya akan sebuah dunia kecil di sekeliling terumbu karang raksasa itu terdistraksi seketika saat pemandu kami kembali menunjuk ke sebuah arah sembari memberi kode kepalan tangan di depan dahi. Saya menoleh secepatnya tak ingin kehilangan momen sedetikpun, gelembung udara saya membumbung tinggi dan semakin ramai, saya tahu kode itu!

Sekelebat bayangan hitam melayang di kejauhan, bayangan dari gerombolan ikan berjumlah puluhan yang berenang semakin mendekat ke arah kami. Dari bentuk kepalanya yang besar menyerupai Ikan Louhan, saya dapat menebak itu adalah Ikan Hammer Head Parrot Fish. Ikan berwarna gelap dengan ukuran besar itu berenang perlahan mengikuti arus sebelum berbelok dan meninggalkan kami dengan sebuah liukan anggun yang serentak. Cantik sekali!

45 menit saya lewatkan dalam penyelaman pertama ini membuat saya tersadar bahwa di manapun itu, misteri dan kejaiban bawah laut tak akan ada habisnya membuat manusia terkesima. Mungkin karena kita bukanlah penghuni asli lautan -wilayah terluas di planet ini- sehingga bagi saya setiap penyelaman menjadi sebuah penemuan akan dunia yang baru, dunia yang ramai dalam hening dan menghipnotis dalam ragam warna. 

Dan siapa sangka, kali ini dunia baru itu terletak begitu dekat, di bawah dermaga sebuah pulau indah, Arborek!

Salam

 …

Photo is a courtesy of Michael Sjukrie from Odydive Centre for National Geographic Indonesia.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s