Thyolo District, 26 October 2012 [03:44pm]
Saya sering menuliskan kisah tentang hidup jauh dari rumah, berbagi halaman ini dengan cerita tentang mereka yang saya temui tiap hari di klinik kecil di pedalaman Afrika. Tanpa saya sadari, ada mereka yang kisahnya tak pernah tertulis dalam huruf dan rangkaian kata. Mereka, para tokoh yang berbagi cerita dengan saya dalam misi kali ini…
…
Mengemban tugas menjadi pekerja kemanusiaan di negeri ini, saya tidaklah sendiri. Misi kami mempekerjakan lebih dari 150 staf nasional yang bertugas di kantor ataupun di lapangan layaknya saya. Tapi berbanding terbalik dengan itu, kami hanya terdiri dari 7 orang pekerja asing. Mereka menyebut kami expatriat, saya menyebutnya keluarga…
Hidup sendiri dan jauh dari rumah, bagi saya mereka adalah rekan kerja, teman dan saudara. Kami berasal dari latar belakang, ras dan kebangsaan yang berbeda tapi dalam keberagaman kami menemukan sebuah sinergisme dalam hidup dan bekerja. Dari mereka saya belajar banyak hal, bagaimana saling menghargai dan bagaimana kemajemukan dapat mencipta rasa penghormatan.
Agama yang-sayangnya sering saya temui sebagai penghalang, dari mereka menjadi satu hal yang menyatukan. Saat ramadhan tiba, rekan-rekan saya adalah penyemangat dan saudara! Tak jarang mereka memasak hidangan buka puasa ataupun telaten mengingatkan saya saat waktu sahur telah tiba, mereka yang sibuk mencari informasi dan menyusun perencanaan agar saya dapat menikmati lebaran layaknya di rumah serta memberi sebuah kado kecil saat ramadhan berakhir layaknya natal di negara mereka yang dingin.
Hari ini Idul Adha tiba, lebaran bagaimanapun tetaplah berbeda. Tak ada lantunan takbir yang menggema memecah pagi, hari ini layaknya hari biasa. Satu hal yang membuat saya bersyukur, di balik kesunyian alam menyambut hari suci, saya dapat merasakan sedikit nuansa Idul Adha melalui aroma daging yang berbalut asap tebal dari pembakaran.
Karena hari ini teman-teman saya meluangkan waktu dan mengadakan sebuah pesta barbeque sederhana.
Berpesta bersama dengan memanggang daging saat hari raya Idul Kurban adalah tradisi yang lazim dijumpai di negeri saya, keluarga saya pun demikian. Tetapi disini menjadi satu-satunya penganut agama Islam dalam tim kami, saya merasa di istimewakan. Pengorbanan dan keikhlasan mereka untuk berbagi dan saling bertoleransi adalah hadiah paling indah yang dapat mereka bagi hari ini.
…
Tak dapat dipungkiri kami memang berbeda, Islam, Kristen, Yahudi, Sikh dan beberapa dari mereka bahkan tak percaya akan adanya Tuhan, sistem kepercayaan dan nilai hidup yang kami ikuti mencipta banyak perbedaan. Tapi layaknya buku baru dengan sampul yang menarik, perbedaan itu ada untuk dipelajari dan dipahami hingga mencipta sebuah pemahaman dan toleransi.
Dari mereka saya juga belajar tentang satu hal yang menyatukan kami.
Bahwa dibalik perbedaan kami memiliki satu kepercayaan yang sama. Kami semua percaya pada kemanusiaan…
Semoga kalian pun demikian.
…
Selamat berlebaran teman, salam buat keluarga kalian.