Raja Ampat [A prolog]

Seandainya traveling adalah suatu sistem kepercayaan, maka saya dapat berkata bahwa negeri saya Indonesia adalah kuil sucinya. Bentangan alam negeri saya mampu memikat siapa saja untuk berjalan dan menjejaki tiap sudutnya. Sungguh saya sedang tidak bercanda! Negeri saya bukanlah daratan yang berbalut empat musim layaknya Eropa atau negeri yang terkungkung jazirah berselimut debu dan retakan tanah seperti Afrika.

Negeri saya memanjang dari barat ke timur membentuk formasi gugusan ribuan pulau hijau yang dikelilingi lautan berwarna nan kaya. Matahari yang manunggal pun enggan pindah dan menyirami negeri saya dengan cahaya hampir sepanjang tahun. Banyak yang mengibaratkan negeri saya kepingan surga, saya pun mengamininya.

Bagi mereka yang senang menenggelamkan diri dalam misteri dan keajaiban bawah laut, akan dengan mudah dibuat terpesona oleh Indonesia. Tersebutlah beberapa lokasi penyelaman di negeri saya yang namanya tersohor jauh melintas jarak dan bentangan benua. Salah satunya adalah Raja Ampat…

Bagi para pejalan yang mengibaratkan menyelam sebagai agamanya. Raja Ampat layaknya Mekah; situs suci dimana spiritualitas berpusat. Bukan tanpa alasan, mereka menempatkan Raja Ampat seistimewa itu. Lautnya merupakan rumah bagi lebih dari 1300 jenis ikan, 75% jenis terumbu karang yang pernah dikenali manusia dalam peradaban planet ini terhampar di lautannya. Membuat lautan Raja Ampat ditahbiskan sebagai daerah dengan keanekaragaman maritim terkaya di dunia!

Saya menyenangi lautan tanpa alasan. Mungkin karena darah para pelaut suku bugis yang mengalir dalam diri saya membuat saya senantiasa merindukan laut. Teman saya pernah mengibaratkan saya layaknya ikan, sisik saya mengerjap dan insang saya mengering saat berada di daratan Afrika. Bagi saya, pulang ke rumah senantiasa berarti pulang ke laut. Beruntunglah saya, sebuah perhentian indah disiapkan Tuhan dalam perjalanan kali ini. National Geographic Indonesia dan L’oreal Men Expert memberi saya kesempatan untuk menjelajah bawah laut Raja Ampat.

Saya buncah dan kegirangan, laut memanggil dan kini saya menjawab!

Pulau Mansuar – Raja Ampat, 18 December 2012 [01:17 pm]

Terbesit sedikit rasa kecewa dalam perjalanan dua jam mengarungi perairan Raja Ampat dari kota Sorong untuk pertama kalinya. Mungkin karena ekspektasi saya yang terlalu tinggi akan surga di timur Indonesia ini, saya berharap dapat melihat bentangan alam maha megah dalam sekejap mata. Bukannya perairan biasa yang tak berhias gugusan pulau atau atol berbentuk indah.

Raja Ampat ya begini-begini saja bagian atasnya, tidak ada yang istimewa disana. Tunggu sampai kita turun nanti” rekan perjalanan saya Nico yang telah beberapa kali berkunjung ke Raja Ampat mencoba menepis sedikit kekecewaan saya.

Dua jam menjadi waktu tempuh bagi kapal boat putih berkapasitas lebih dari 12 orang yang saya tumpangi untuk tiba di Pulau Mansuar, pulau yang akan menjadi basecamp kami selama 6 hari kedepan. Dari jauh, Mansuar tampak asri dengan rimbunan pohon yang membentang hijau. Pohon bakau yang rimbun rendah bersinergi dengan pohon kelapa yang menjulang tinggi, menjadi pagar pulau ini. Suara kayu yang berderit terdengar saat kaki saya menjejak dermaga yang warnanya telah usang tersapu waktu dan asinnya garam.

Ada aura ketenangan yang dipancarkan oleh Mansuar, layaknya memandang barisan sawah yang membentang di Ubud. Tak ada keriuhan yang berlebih, hanya angin yang memberi suara di tengah hamparan laut tenang yang sebening kaca. Saya kadang takjub akan kemampuan kita meraba rasa yang sama dan memutar memori bahkan di tempat yang berkebalikan.

Sembari berjalan saya memandang ke bawah, menembus sekat udara yang memisahkan daratan dan lautan Mansuar, sungguh seketika saya dibuat terpengarah!

Berbanding terbalik dengan daratan, di Mansuar keriuhan sejatinya terletak di balik selubung air hijau kebiruan. Jutaan ekor ikan bergerombol memadati pantai dan daerah landai. Sekali dua kali cahaya matahari memantul di permukaan tubuh mereka yang bening layaknya gelas kaca. Berenang mendekat, kemudian menjauhi dermaga dalam formasi matematis unik tanpa komando  yang memikat para peneliti. Tuhan sungguh maha adil menitipkan sedikit kejeniusannya pada hewan mungil berinsang ini.

“Bahkan di pantainya saja sudah seramai ini, bayangkan di bawah laut nanti!” rekan saya @matriphe berujar. Senyum saya merekah lebar mendengarnya! Ekspektasi saya akan Raja Ampat mungkin tinggi, tetapi alam memberikan jawaban pengantar yang cukup memuaskan saya hingga kini.

Kini rasa senang menyelimuti kami semua, membayangkan kejutan apa yang disiapkan alam di kedalaman samudera yang akan kami jelajahi nantinya. Dan saya tak sabar menanti matahari bergulir di ufuk barat kemudian terbit kembali di kaki langit yang berkebalikan.

Karena saat hari baru muncul, petualangan kami akan berlanjut ke sana; Ke surga bawah laut dunia!

IMG_6276
Sunset at Mansuar, Raja Ampat

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s